Posted by : Unknown Senin, 18 November 2013


BANDA ACEH - Tim ahli Arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Banda Aceh, Jumat (15/11) pagi mulai turun dan meninjau langsung ke lokasi penemuan ratusan keping koin emas (dirham) peninggalan Kerajaan Aceh di Kuala Krueng Geudong, Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh.

Kepala BPCB Banda Aceh, Drs Nur Alam yang dihubungi Serambi tadi malam mengatakan, para arkeolog BPCB Banda Aceh dibantu arkeolog dari Balai Arkeologi Medan serta arkeologi independen hanya sebatas melakukan observasi.

Artinya, kata Nur Alam, para arkeolog belum sampai kepada tahap mengambil sampel atau meneliti benda-benda yang selama ini ditemukan di lokasi Kuala Krueng Geudong, Gampong Pande, seperti dirham atau sepasang pedang VOC.

“Kami baru sebatas mengumpulkan data-data yang selanjutnya akan kami bawa ke Jakarta untuk kami laporkan ke Dirjen Kebudayaan Kepmendikbud RI,” kata Nur Alam.

Mendikbud Mohammad Nuh menyikapi penemuan koin emas dan benda-benda bersejarah di sekitar situs Gampong Pande. Mereka meminta masyarakat yang masih memegang benda-benda bersejarah itu untuk menyerahkan ke negara. Kemendikbud juga menyiapkan kompensasi atau dana tebusan.

"Jika ada masyarakat yang memiliki benda-benda bersejarah, mohon didaftarkan ke pemerintah," katanya di Jakarta., lansir JPNN.

Mohammad Nuh menegaskan pemerintah memiliki mekanisme untuk membeli atau memberikan kompensasi uang kepada masyarakat untuk melepas barang-barang bersejarah itu. Tetapi sampai sekarang, belum ditetapkan anggaran untuk menebus koin-koin emas itu dari masyarakat.


Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Kacung Marijan mengelak jika Kemendikbud disebut kecolongan terkait penemuan koin emas itu. 

"Penemuan oleh masyarakat itu wajar. Kadang kita (pemerintah, red) duluan, kadang masyarakat duluan," ujarnya.

Kacung mengatakan saat ini tim dari Balai Pelestarian dan Cagar Budaya (BPCB) Aceh untuk terjung ke lapangan. Kacung masih belum bisa mengatakan lebih detail rencana menebus atau memberikan kompensasi ke masyarakat yang bersedia memberikan koin emas itu. 

"Yang penting kita identifikasi dan kita selamatkan dulu," papar dia.

Kacung menegaskan kasus penemuan koin emas ini sekaligus dijadikan sebagai media edukasi masyarakat, Namun pada prinsipnya sangat dimungkinkan pemberian imbalan kepada masyarakat yang memegang benda-benda bersejarah tadi.

Sementara itu, dosen FKIP Sejarah, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Husaini Ibrahim mendesak pemerintah segera melakukan penelitian. Karena Gampong Pande menurut catatan sejarah merupakan pusat kerajaan Islam dan pusat perdagangan sejak tahun 1205 sampai dengan 1218.

"Lokasi itu memang pusat kerajaan, besar kemungkinan berada pada abad ke-13 dan 16," kata Husaini yang juga menyelesaikan disertasi tentang sejarah di Gampong Pande.

"Jadi ini tanda tanya, kenapa waktu tsunami tidak muncul," imbuhnya, dilansir Merdeka.

Oleh karena itu, penting pemerintah untuk segera mengambil langkah kongkrit untuk menyelamatkan cagar budaya tersebut. Katanya, ini indentitas Aceh yang mesti harus dijaga dengan baik. [atjehcyber]

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments