Posted by : Unknown Kamis, 10 Oktober 2013

Jakarta - Kondisi ekonomi Indonesia yang belum menemukan titik stabilitasnya dinilai masih akan membuat laju nilai tukar rupiah terus bergerak liar. Hal ini dipicu masih rapuhnya kondisi ekonomi Indonesia yang rentan terhadap isu-isu global.
Ekonom dari Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai kurs rupiah paling ideal dengan kondisi ekonomi yang paling tepat menggambarkan kondisi fundamental Indonesia saat ini berada di kisaran 12 ribu per dolar AS.
"Inilah indonesia yang sebenarnya, Rp 12.000 (per USD)," ungkapnya di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (10/10/2013).
Aviliani menegaskan Indonesia saat ini bukan negara yang harus mati-matian mempertahankan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Apalagi kurs rupiah terus tertekan seiring rencana AS yang akan mengurangi program stimulusnya.
Tak hanya dari luar negeri, pergerakan nilai tukar rupiah juga dipengaruhi sentimen domestik. Upaya untuk meningkatkan kualitas barang-barang ekspor demi mengembalikan surplus neraca transaksi berjalan masih menjadi satu pemicu volatilitas mata uang rupiah.
"Ini bukan sedang mencari keseimbangan baru. Ini kembali ke basic," kata Aviliani.
Terlepas dari itu semua, Aviliani mengapresiasi langkah pemerintah yang tidak harus bekerja keras mempertahankan nilai tukar namun cenderung menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan-kebijakan yang relevan.
"Kalau sudah di atas Rp 12.000 itu bahaya, inflasi bisa double digit. Itu PR pemerintah," tutup Aviliani. [theglobejournal]

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments