- Back to Home »
- Nanggroe »
- Koin Emas Gampong Pande Dari DInasti Ottonom Turki Dan Sultan Aceh
Posted by : coegbomboem
Rabu, 20 November 2013
BANDA ACEH - Misteri penemuan dua jenis koin emas (dalam jumlah kepingan yang banyak) di Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh mulai terkuak. Ternyata benda bersejarah tersebut berasal dari Dinasti Ottoman Turki dan Sultan Aceh.
Peneliti sejarah kebudayaan Islam, Taqiyuddin Muhammad yang melakukan penelitian terhadap dirham tersebut mengungkapkan, dirham pertama berukuran sebesar uang logam seribu rupiah ternyata dicetak pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman bin Salim dari Dinasti Utsmaniyyah (Ottoman) di Turki.
Hal ini diketahui dari tulisan sebelah muka dirham tersebut berbunyi: “Sultan Sulaiman bin Sultan Salim Syah `uzza nashruhu dhuriba fi Mishr sanah 927 (6?). “Kalimat itu bermakna “Sultan Sulaiman bin Sultan Salim Syah--semoga dikuatkan kemenangannya--dicetak di Mesir pada tahun 927/6? (Hijriah).
“Sultan Sulaiman atau juga yang lebih dikenal dengan Al-Qanuniy adalah penguasa ke-10 dari Dinasti Utsmaniyyah di Turki dan telah memerintah dalam masa yang lama sejak kemangkatan ayahnya Sultan Salim pada 926 H/1520 M sampai dengan wafatnya pada 974 H/1566 M,” kata Taqiyuddin kepada Serambi, Selasa kemarin (19/11).
Sementara itu satu jenis dirham lainnya seukuran kancing baju yang ditemukan di tempat yang sama setelah diteliti tercetak nama seorang sultan besar dalam sejarah Aceh. Pada bagian mukanya tertulis, ‘Alawuddin bin `Ali Malik Azh-Zhahir’. Sedangkan sebelah belakang tertulis ‘As-Sulthan Al-Adil’.
Menurut Taqiyuddin, Sultan Alawuddin adalah putra Sultan Ali Mughayat Syah yang dianggap merupakan pelopor kebangkitan Aceh Darussalam di awal abad ke-16 M. Sesuai data inskripsi (kata-kata yang diukirkan pada batu atau dicap pada uang logam) yang berhasil diungkap dari nisan makam Sultan Alawuddin yang berada di kompleks makam Kandang XII, Banda Aceh, menunjukkan ia adalah seorang sultan agung di kawasan Asia Tenggara dalam abad tersebut.
“Adalah takdir Yang Maha Kuasa semata, dunia Islam pada waktu itu dikuatkan oleh kehadiran kedua pemimpin umat ini, Al-Qanuniy di Barat dan Ri’ayah Syah di Timur,” kata Taqiyuddin.
Penemuan dirham Sultan Sulaiman Al-Qanuniy bersamaan dengan dirham bertuliskan ‘Ala’uddin Ri’ayah Syah Malik Azh-Zhahir di Gampong Pande baru-baru ini menjadi bukti kongkret adanya hubungan yang sangat kuat antara kedua penguasa dunia Islam ini.
“Keduanya diibaratkan dua bersaudara yang telah menyumbangkan banyak kebaikan bagi umat Islam dalam abad ke-16 itu,” ujarnya.
Menurutnya masa pemerintahan Al-Qanuniy merupakan masa puncak kegemilangan Dinasti Utsmaniyyah. Angkatan lautnya di bawah komando Khairuddin Barbaros (Hayreddin Barbarossa) telah berhasil melakukan banyak gerakan penaklukan yang penting dalam sejarah dinasti ini.
Dalam masa pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuniy di Turki, Aceh berada dalam pemerintahan Sultan ‘Ala’uddin Ri’ayah Syah yang menjadi sultan setelah ayahnya, Sultan ‘Ali Mughayat Syah, mangkat pada 936 H/1530 M.
Sebagaimana Al-Qanuniy, Ri’ayah Syah merupakan sultan yang memerintah dalam masa yang lama pula, yaitu sampai dengan wafatnya pada 979 H/1572 M, dan masanya juga merupakan masa kegemilangan Aceh Darussalam. [serambinews]
Peneliti sejarah kebudayaan Islam, Taqiyuddin Muhammad yang melakukan penelitian terhadap dirham tersebut mengungkapkan, dirham pertama berukuran sebesar uang logam seribu rupiah ternyata dicetak pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman bin Salim dari Dinasti Utsmaniyyah (Ottoman) di Turki.
Hal ini diketahui dari tulisan sebelah muka dirham tersebut berbunyi: “Sultan Sulaiman bin Sultan Salim Syah `uzza nashruhu dhuriba fi Mishr sanah 927 (6?). “Kalimat itu bermakna “Sultan Sulaiman bin Sultan Salim Syah--semoga dikuatkan kemenangannya--dicetak di Mesir pada tahun 927/6? (Hijriah).
“Sultan Sulaiman atau juga yang lebih dikenal dengan Al-Qanuniy adalah penguasa ke-10 dari Dinasti Utsmaniyyah di Turki dan telah memerintah dalam masa yang lama sejak kemangkatan ayahnya Sultan Salim pada 926 H/1520 M sampai dengan wafatnya pada 974 H/1566 M,” kata Taqiyuddin kepada Serambi, Selasa kemarin (19/11).
Sementara itu satu jenis dirham lainnya seukuran kancing baju yang ditemukan di tempat yang sama setelah diteliti tercetak nama seorang sultan besar dalam sejarah Aceh. Pada bagian mukanya tertulis, ‘Alawuddin bin `Ali Malik Azh-Zhahir’. Sedangkan sebelah belakang tertulis ‘As-Sulthan Al-Adil’.
Menurut Taqiyuddin, Sultan Alawuddin adalah putra Sultan Ali Mughayat Syah yang dianggap merupakan pelopor kebangkitan Aceh Darussalam di awal abad ke-16 M. Sesuai data inskripsi (kata-kata yang diukirkan pada batu atau dicap pada uang logam) yang berhasil diungkap dari nisan makam Sultan Alawuddin yang berada di kompleks makam Kandang XII, Banda Aceh, menunjukkan ia adalah seorang sultan agung di kawasan Asia Tenggara dalam abad tersebut.
“Adalah takdir Yang Maha Kuasa semata, dunia Islam pada waktu itu dikuatkan oleh kehadiran kedua pemimpin umat ini, Al-Qanuniy di Barat dan Ri’ayah Syah di Timur,” kata Taqiyuddin.
Penemuan dirham Sultan Sulaiman Al-Qanuniy bersamaan dengan dirham bertuliskan ‘Ala’uddin Ri’ayah Syah Malik Azh-Zhahir di Gampong Pande baru-baru ini menjadi bukti kongkret adanya hubungan yang sangat kuat antara kedua penguasa dunia Islam ini.
“Keduanya diibaratkan dua bersaudara yang telah menyumbangkan banyak kebaikan bagi umat Islam dalam abad ke-16 itu,” ujarnya.
Menurutnya masa pemerintahan Al-Qanuniy merupakan masa puncak kegemilangan Dinasti Utsmaniyyah. Angkatan lautnya di bawah komando Khairuddin Barbaros (Hayreddin Barbarossa) telah berhasil melakukan banyak gerakan penaklukan yang penting dalam sejarah dinasti ini.
Dalam masa pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuniy di Turki, Aceh berada dalam pemerintahan Sultan ‘Ala’uddin Ri’ayah Syah yang menjadi sultan setelah ayahnya, Sultan ‘Ali Mughayat Syah, mangkat pada 936 H/1530 M.
Sebagaimana Al-Qanuniy, Ri’ayah Syah merupakan sultan yang memerintah dalam masa yang lama pula, yaitu sampai dengan wafatnya pada 979 H/1572 M, dan masanya juga merupakan masa kegemilangan Aceh Darussalam. [serambinews]