Posted by : Unknown Jumat, 11 Oktober 2013

SUBULUSSALAM - Deklarasi kampanye damai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Wali Kota/Wakil Wali Kota Subulussalam periode 2014-2019 yang digelar Komisi Independen Pemilihan (KIP) setempat Kamis (10/10) petang, diwarnai aksi protes yang berujung ricuh. Bahkan nyaris terjadi bentrok antarsesama massa pendukung pasangan calon.
Akibatnya, acara yang digelar di Lapangan Beringin Subulussalam itu sempat terhenti beberapa kali, tapi kemudian berakhir damai.
Pantauan Serambi di lapangan, acara yang semula dijadwalkan digelar pukul 14.00 WIB itu molor satu jam lebih. Sesaat sebelum dibuka, tiba-tiba Wakil Wali Kota Subulussalam, Affan Alfian Bintang mengamuk. Gara-gara untuknya tidak disediakan tempat duduk sebagai pejabat daerah, melainkan kursi sebagai kandidat, padahal dirinya masih aktif sebagai wakil wali kota.
“Saya ini masih aktif sebagai Wakil Wali Kota Subulussalam, jadi jangan beda-bedakanlah. Seharusnya jangan cuma wali kota yang disediakan tempat duduk, wakil wali kota juga berhak,” kata Affan.
Aksi politisi Partai Hanura ini ditimpali para pendukung dan simpatisannya yang hadir dengan berteriak dan melontarkan sejumlah kata-kata keras. Tindakan itu memancing para simpatisan kandidat lainnya, namun berhasil diredam. Beruntung, dengan sigap Dandim 0109/Aceh Singkil, Letkol Puguh Biwanto berdiri dan menghampiri sang wakil wali kota untuk menenangkan.
Dandim juga membawa orang nomor dua di “Kota Sada Kata” itu ke tempat duduk yang berdampingan dengan dirinya dan Wali Kota Merah Sakti SH. Lalu, acara pun dimulai persis pukul 15.00 WIB.
Namun, tak berselang lama, suasana kembali memanas ketika proses peusijuek (tepung tawar) berlangsung. Ketika itu, Danrem 012/Teuku Umar Kolonel Inf Daddy Estoe Widodo sedang mempeusijuek para kandidat. Tiba-tiba Azhari Tinambunan alias Buyung Bahagia yang merupakan salah satu tim pemenangan pasangan calon Asmauddin-Salihin (Asli) naik ke tribun dan mendekat ke mikrofon. Buyung yang juga Ketua Partai Gerindra Kota Subulussalam itu mengambil alih mik dari MC dan berkata bahwa kalau pihak keamanan, yakni TNI dan polisi, termasuk Danrem 012/TU, ingin Pilkada Subulussalam berlangsung damai, maka seharusnya semua kandidat ikut dipeusijuk pada hari itu, termasuk Wali Kota Merah Sakti.
Menurut Azhari, semua kandidat memiliki posisi yang sama sehingga harus pula ikut prosesi peusijuek sebagaimana calon lainnya.
Azhari yang tampak emosi terus melontarkan berbagai protes kepada KIP dan Wali Kota Merah Sakti. Atas dasar itu, Merah Sakti lalu naik podium dan mengklarifikasi berbagai tudingan yang diarahkan pada dirinya. Sakti menjelaskan bahwa cuti kampanye yang dia ajukan kepada Gubernur Aceh sampai kemarin belum keluar, sehingga statusnya masih sebagai kepala daerah aktif. “Kami ingin menjaga konsntitusi, menjaga peraturan, dan menghormati kaedah-kaedah hukum. Sampai hari ini izin cuti kampanye saya belum keluar sehingga saya masih sebagai kepala daerah aktif. Saya tidak ikut dipeusijuek ini supaya tidak ada terkesan kampanye, makanya saya tidak maju ke depan. Tapi kalau ada izin KIP dan Panwaslih saya bersedia,” tegas sarjana hukum jebolan Unsyiah itu.
Bersamaan dengan klarifikasi Wali Kota Merah Sakti, secara bersamaan empat pasangan calon wali kota (minus Merah Sakti) turun dari tribun. Mereka tak mau dipeusijuek sebelum semuanya lengkap.
Suasana kembali memanas. Buyung ternyata belum puas, lalu dengan emosi dia masuk ke tengah lapangan dan mengacungkan tangannya seraya berteriak meminta wali kota segera melepas emblem/atributnya sebagai kepala daerah. Aksi Buyung membuat suasana kian panas. Apalagi Buyung berteriak-teriak disambut simpatisan kandidat lain. Tiba-tiba tim dan simpatisan kubu pendukung pasangan Merah Sakti-Salmaza (Saza) juga merangsek ke tengah lapangan, mengejar Buyung. Aksi itu nyaris berbalas dan hampir pula memicu bentrokan massal, karena masing-masing kubu sama-sama terbakar emosinya.
Kapolres bersama Dandim pun turun tangan, bolak-balik mendekati Buyung Azhari maupun sejumlah pendukung yang terpancing emosi. Sementara Danrem 012/TU, Kolonel Daddy bersama sejumlah unsur muspida hanya tercengang menyaksikan aksi tersebut. Sejumlah polisi tampak sibuk meredakan suasana dan menghalau para simpatisan berbeda kubu yang mulai berbondong masuk ke tengah lapangan.
Suasana yang kacau itu akhirnya berhasil diredam oleh aparat keamanan sehingga acara deklarasi kembali dilanjutkan.
Ketua KIP Subulussalam, Drs Syarkawi naik podium dan membenarkan bahwa Merah Sakti masih berstatus wali kota aktif lantaran izin cutinya belum keluar. Namun, karena acara itu merupakan agenda kandidat, maka KIP Subulussalam membolehkan Merah Sakti ikut dipeusijuek.
Prosesi peusijuek pun dilanjutkan dan disambut tepuk tangan hadirin. Dimulai oleh Wakil Ketua DPRK Karlinus, Ketua MPU Ustaz Qaharuddin, dan Ketua MAA HM Layari Kombih, diakhiri oleh Ketua Darma Wanita, Cut Adawiyah Damhuri. Acara disudahi dengan pembacaan ikrar pilkada damai oleh calon wali kota dan wakilnya. [serambinews]

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments